Para pemuda yang tidak "normal"

Kemarin saya dan seorang sahabat singgah di warung makan berhadapan dengan masjid. Di sebelah meja kami ada beberapa anak muda sedang menikmati makan malamnya. Semuanya lelaki. Wajah mereka cerah bersinar. Jilatan sinar itu mengusik sudut mata saya. Satu per satu saya perhatikan dengan saksama.

Benar. Air muka mereka masih sangat bersih. Matanya menyimpan tekad besar menghadapi dunia, dahinya mencitrakan kepatuhan kepada Tuhannya. Tentu saja, bukan pertama kali ini saya merasakan potensi yang terpancar-pancar dari diri anak-anak muda. Saya merasakan beberapa mahasiswa yang bersama saya juga punyai semangat sebegitu, hanya saja mereka bercampur dengan wajah-wajah suram penuh beban. Meredup menunggu hilang atau semakin mengelamun hingga sesat ke angkasa.

Anak-anak muda. Mereka inilah yang punya potensi mencetak berbagai keajaiban, meruntuhkan penguasa tirani bahkan membangunkan peradaban. Kita punyai sejarah ketika Mubarak sudah sangat kuat. Anak-anak muda tampil menjatuhkannya. Kini penguasa kuku besi yang masih ada kuasa di negara-negara lain mula bimbang dan takut. Mereka berkali-kali ulangkan “jangan samakan kita dengan mesir, jangan samakan kita dengan mesir”.

Perhatikan syair ini :

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,

mengukir reformasi kerana jemu deformasi,

dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu,

beribu menderu-deru.

Pemuda memang begitu, penuh potensi dan semangat. Saya kira terdapat dua jenis anak muda, yang pertama adalah anak muda yang menuntut perubahan dan yang kedua adalah mereka yang menciptakan perubahan. Ia sendiri yakin bahwa boleh menciptakan perubahan.

Tahun 60-an Eropah pun merasakan gerakan pemuda. Di Spanyol mahasiswa bangkit menentang diktator Jendral Franco. Para pemuda jugalah yang terlibat haru biru revolusi Aljazair tahun 1954 ketika mengusir Prancis dari tanah airnya. Lihat pula gerakan intifadha rakyat Palestina melawan penjajah Israel. Anak-anak muda itu bahkan bahagia menjemput mautnya.

Tatkala berdiri di hadapan luasnya bentangan Samudera Atlantik, Uqbah bin Nafi’ seorang pemuda dari Bani Ummayah berseru lantang: “Demi Rabb Muhammad, sekiranya bukan kerana bentangan samudera ini yang menjadi penghalang, nescaya akan aku taklukkan seluruh sejagat ini demi meninggikan kalimat-Mu, wahai Rabbku, saksikanlah.

Dia adalah anak muda yang menjadi panglima pasukan Muslim. Ternyata benar, semangat anak muda itu mampu mengatasi perang tatkala pasukan Muslim menaklukkan Afrika. Satu lagi bukti bahwa sebuah peradaban hanya dapat bangkit apabila para pemuda terlibat di dalamnya.

Ada apa dengan pemuda. Mengapa Soekarno berani sungguh berkata begini: “Berikan kepadaku 1000 orang tua, aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi berikan kepadaku 10 pemuda, maka aku sanggup menggoncangkan dunia”.

Ketika Muhammad diangkat menjadi Rasulullah SAW hampir semua sahabat adalah para pemuda. Ali bin Abi Thalib ra bahkan baru berusia 12 tahun berjuang bersama Rasulullah SAW. Ada lagi Bilal bin Rabah, Amar bin Yasir, Abu Dzar Al-Ghifari, Mus’ab bin Umair, Zaid bin Haritsah, atau Ja’far bin Abi Thalib. Mereka semuanya adalah pemuda.

Perlawanan dan pembelaan jiwa-jiwa muda adalah kuasa bagi munculnya peradaban baru. Dan kuasa itu akan lahir dari sikap kritis yang berakar dari kegelisahan-kegelisahan yang menggunung, pada pertanyaan-pertanyaan yang tidak menemukan jalannya.

Setiap ketidakadilan diperagakan dimana-mana, setiap kejumudan yang membatu, dan setiap kekuasaan yang memberhala maka muncullah kegelisahan itu. Ketika rejim korup itu semakin mendabitkan dada, ketika kelicikan semakin bermaharajalela. Maka itulah saatnya anak-anak muda ini akan bangkit. Dan jika saat ini tiba, tidak ada yang dapat menghentikan selain kehancuran kaum perosak itu. Tapi anak muda yang manakah itu?

Seperti para pemuda Kahfi, mereka adalah orang-orang yang menghindarkan diri, mengasingkan diri dari tirani dan ketidakadilan. Pergi menjauhi segala keperluan yang tak penting. Mereka lari melindungi diri dari tercampur dengan semak dan duri yang semakin menghujani.

Sampai Tuhan Yang Maha Agung menidurkan hati dan fikiran mereka dari semua hiruk pikuk itu dan membangunkan lagi dalam suasana dan hidup yang baru. Merekalah innahum fityatun amanuu birabbihim wazidnahum hudan (adalah anak-anak muda yang telah beriman kepada Tuhan mereka, lalu Kami tambahkan petunjuk kepada mereka), Al Kahfi : 13.

Semua orang sepakat bahawa pemuda adalah produk generasi yang memiliki semangat perjuangan dan pengorbanan yang tinggi. Masa muda adalah masa serba ingin tahu, masa yang peka, penuh kepedulian, dan mampu menampung semua perubahan yang terjadi dari hal yang baik sampai yang paling buruk.

Pemuda adalah tubuh yang dapat menampilkan kekuatan puncak di antara dua kelemahan, yaitu kelemahan masa anak-anak dan kelemahan masa tua. Ibarat cahaya matahari di tengah hari yang lebih kuat sinarnya dibanding pagi dan senja hari.

Begitu pentingnya masa muda seperti Rasulullah SAW bersabda: “Gunakanlah lima kesempatan sebelum datangnya yang lima. Yaitu, masa mudamu sebelum tuamu, masa sihatmu sebelum masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa hidupmu sebelum kematianmu, dan waktu luangmu sebelum waktu sempitmu” (HR. Hakim). Rasul juga pernah bersabda, “Perjuangan Aku didukung oleh pemuda, oleh sebab itu berilah wasiat yang baik untuk mereka”.

Maka tidak salah bila kebangkitan suatu bangsa atau agama dimulai dari kebangkitan moral dan intelektual generasi mudanya. Sebaliknya, kehancuran sebuah bangsa dimulai dari kehancuran moral generasi mudanya.

Sekarang timbul pertanyaan, pemuda seperti apakah yang mampu menjadi agen perubahan (agent of change) sebuah bangsa?

Bagi saya jawabnya adalah “para pemuda yang tidak normal”; jongelingen abnormal menurut orang Belanda. Apa maksudnya? Sebuah perubahan tidak akan terjadi kalau kita mengharapkan pemuda yang hanya bersenang-senang, hanya suka bercintaan(couple), hanya suka “mengisap darah” orang tuanya, atau hanya suka menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting. Kita memerlukan pemuda-pemuda yang jauh dari “kebiasaan” seperti ini. Pemuda yang dapat mengendalikan hasrat dan nafsunya untuk hal-hal tidak berguna dan memacu semua potensinya untuk merancang dan membangun masa depan.

Sejarah mencatat, melalui para pemuda seperti itulah Islam mulai berjaya. Lihatlah bagaimana pemuda Muhammad bin Abdullah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair, dan para sahabat lainnya. Mereka mampu keluar dari “kebiasaan” budaya orang-orang Arab ketika itu, tenggelam dalam kemusyrikan, nafsu syahwat, minum arak, berjudi, ashabiyyah (fanatisme, semangat bangsa), dan kejahiliyahan lainnya. Mereka berani menentang budaya jahiliyah walau harus mengalami siksaan dan penderitaan. Padahal, bila dilihat dari sosialnya, sebagian dari mereka tergolong orang terpandang lagi kaya dan mampu meraih kesenangan lebih dari pemuda-pemuda jahiliyah pada masanya. Tidak ada yang mereka inginkan, kecuali tegaknya kalimat Allah di muka bumi.

Mengikuti pola umum kehidupan anak muda. Mereka lebih gemar mengejar pekerjaan, mendapat gaji besar, menikahi wanita cantik, dan hidup enak. Padahal, semua itu amat terbuka bagi mereka. Tapi semua itu tidak bagi pemuda harapan, kerana ada hal yang lebih besar, yaitu merebut kembali kehormatan bangsa dan agama yang direnggut penjajah.

Untuk membentuk generasi berkuali ada perkara yang harus dimaksimakan, iaitu hati nurani (dhamir, spiritual intelligence), akal (rasional atau intellectual quotient), rasa (syukur atau emosi), dan jasad (fizikal). Bila keempat peringkat ini dapat dimaksimakan, maka akan lahir generasi muda yang memiliki aqidah yang kuat, ibadah yang baik dan benar, kesempurnaan akhlak, kematangan intelektual, jasad yang kuat, teratur dan cermat dalam berkarya, memperhatikan waktu, dan mampu menjadi orang yang bermanfaat.

Bagaimana mewujudkannya? Menurut Imam Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan pemudanya. Perbaikan pemuda tidak akan sempurna kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Ya dengan pendidikan dan pembinaan berkualilah generasi muda yang unggul dapat diwujudkan.

Sebagai sebuah harapan, alangkah indahnya bila para perjuang hari ini boleh “tersenyum” kerana melihat generasi mudanya semakin berkualiti. Wallahu a’lam.


MOHD YUSOF HADHARI B. SAIDON -UTMKL
KETUA PENERANGAN GAMIS PUSAT
Blog beliau boleh dilawati melalui :
Seutas Tasbih Blog

Posted by GAMIS on 5:58 PTG. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 Photobucket

Bersama GAMIS di laman FaceBook : FaceBook GAMIS Pusat

0 comments for Para pemuda yang tidak "normal"

Leave comment



GAMIS atau nama penuhnya, Gabungan Mahasiswa Islam Se-Malaysia adalah salah satu badan mahasiswa yang terbesar dan antara tertua di Malaysia. GAMIS merupakan NGO mahasiswa yang menjalankan pelbagai aktiviti, termasuklah aktiviti dakwah, siasah, dan kebajikan. GAMIS juga sebagai badan bertindak dalam memperjuangkan pelbagai isu di kampus mahupun di luar kampus untuk kesejahteraan ummat sejagat.

Photobucket