KOLUMNIS : Bangsaku Musuhku

oleh : Mohd Zaiem Irsyad Bin Zainal Abidin*

Sudah usai bulan kemerdekaan di kedua Negara, baik Indonesia dan Malaysia. Pada 31 Agustus 2010 kemerdekaan Malaysia telah berumur genap 53 tahun, tanggal ini tidak jauh dengan tanggal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 2010. Kemerdekaan yang genap berumur 65 tahun, dan Malaysia 12 tahun lebih muda dari NKRI. Negara-negara serumpun ini tidak pernah lelah untuk sama-sama terus berusaha mewujudkan tujuan nasionalnya, yakni menjaga segenap tumpah darah negara dan tanah air, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam ketertiban dunia. Dan ini merupakan satu sejarah yang begitu lama, meskipun banyak problematika dalam mengendalikan bangsa serumpun ini. Sehingga ke hari ini, hubungan bilateral antara kedua negara ini dikira sukses dan damai berbanding dengan negara-negara yang lain seperti liga arab, liga Afrika, negara-negara di Amerika Latin yang sering berdepan dengan konflik yang tersendiri.

Tujuan bersama antara negara ini tentu saja bisa diraih dan kemajuan bisa tercapai jika hubungan antara dua Negara ini berlangsung dengan harmonis dan setiap permasalahan di selesaikan secara bersahabat dan damai. Tetapi ironisnya Negara serumpun ini telah menyaksikan beberapa peristiwa yang menggugat situasi harmonis antara Malaysia dan NKRI. Bermula dengan isu klaim budaya Tarian Pendet Bali, isu perebutan blok Ambalat, isu Manohara, konflik perairan dan perbatasan di Kalimantan, isu perebutan Pulau Sipadan dan Ligitan, isu kezaliman terhadap TKI dan TKW, penangkapan Kapal Nelayan dibarter dengan petugas KKP dan banyak lagi kasus-kasus. Belum lagi habis kasus diselesaikan, timbul pula kasus baru yang lainnya. Entah sampai kapan mau selesai konflik antara serumpun ini? Apakah punca dibalik kasus ini, pada mulanya kecil tetapi diributkan sehingga menjadi skala yang lebih besar?

Sehingga dilanjutkan dengan adanya beberapa usulan daripada DPR-RI meminta pihak Menlu untuk memulangkan kembali Dubes Malaysia di RI kembali ke negaranya, slogan ganyang Malaysia di laungkan kembali termasuk diwujudkan posko ganyang Malaysia di setiap kota, berlaku sweeping warga Negara Malaysia di beberapa kota besar, aksi pembakaran bendera dan unjuk rasa dengan melemparkan tahi. Malah Malaysia juga tidak mau kalah, dengan melakukan beberapa aksi balas yang diadakan dihadapan Kedubes RI di Malaysia.

Tetapi yang nyata fakta dilapangan kelihatannya tidak sama seperti di media-media. Kondisi aman-aman saja sich. Penulis masih bisa kuliyah dengan enak, santai, releks dan aman di Aceh. Tidak di Aceh saja yang aman, malah teman-teman yang kuliyah di beberapa kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Pekan Baru, Medan, Bali dan lain-lain kota semuanya merasakan seperti biasa dan aman-aman aja. Tidak seperti yang diributkan di dalam media. Jadi, dimanakah sweeping dan buluh runcing yang mau dikenakan ke atas warga Malaysia di Indonesia seperti yang dikatakan media itu? Di Malaysia juga, TKI dan TKWnya masih melakukan aktivitas-aktivitas seperti biasa. Mereka tau di tanah airnya Indonesia berlaku beberapa aksi-aksi terhadap Malaysia. Tetapi mereka tetap seperti biasa. Nyata aman-aman aja dan nggak ada apa-apa. Sebenarnya ada apa ini???

Melihat Malaysia dan NKRI serta beberapa Negara-negara Asean yang lain, Rantau Asean ini mempunyai kedudukan dan posisi yang strategis serta wilayah zona aman dan kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA), dan dalam masa yang sama mempunyai pertubuhan kesatuan negara-negara yang bersifat regional yaitu Asean. Jadi kuasa besar yang manakah yang tidak mahu memanfaatkan situasi aman di rantau Asean ini. Pertembungan antara dua kuasa besar iaitu China dan kuasa besar Amerika yang menjadikan negara-negara di Asean menjadi bumpernya bagi kuasa-kuasa besar ini. Bumpernya China adalah Myanmar, Vietnam dan Thailand manakala bumpernya Amerika adalah Filipina, Singapura dan Australia. Manakala Malaysia dan NKRI bisa mandiri dan kadangkala bisa bekerjasama dan bersahabat dengan mana-mana kuasa-kuasa besar.

Inilah kekuatan yang terdapat di Malaysia dan NKRI, yaitu kekuatan ekonomi, kestabilan politik dan dukungan dunia Internasional. Dengan situasi aman seperti inilah yang cuba dimainkan oleh Amerika dan kuasa besar yang lain untuk mengadu dombakan antara Malaysia dan NKRI. Diciptakan juga isu internal seperti isu terrorisme di NKRI dan adanya juga kelompok-kelompok separatis di beberapa wilayah yang didanai oleh kuasa asing untuk menggugat kestabilan NKRI. Manakala di Malaysia, di tiupkan juga isu perkauman atau rasis antara kaum dan bumiputra yang extreme dengan bertujuan untuk menggugat kestabilan ekonomi dan politik Malaysia. Yang jelas terdapat dalang dibalik konflik dan permasalahan ini.

Memang tidak bisa dipungkiri bahawa media memainkan peran utama dalam meliput informasi. Tetapi informasi yang diliputkan tidak semakin membaik, malah semakin menjadi api permusuhan. Media-media secara terbuka telah memberikan informasi berita yang bebas serta bersifat provokatif. Sengaja menimbulkan emosi rakyat sehingga memberi efek kepada konflik antara Negara yang disebabkan oleh rakyat yang tidak memahami apa sebenarnya yang berlaku.

Yang jelas, Malaysia dan NKRI saling menuding dan menyudutkan. Sedangkan negara tetangga lain terutama Singapura sudah tertawa-tawa melihat konflik serumpun ini tiada habisnya. Padahal kejahatan Singapura terhadap Indonesia terlalu banyaknya. Seperti Pencurian pasir di Kepulauan Riau untuk menambak Singapura sehingga banyak pulau-pulau di Kepulauan Riau hampir tenggelam, atas nama suaka politik Singapura telah memelihara dan menyembunyikan koruptor-koruptor Indonesia yang berada di Singapura yang jelas mereka telah memakan uang rakyat Indonesia, kezaliman terhadap TKI dan TKW sehingga menyebabkan kematian dan sampai sekarang masih disembunyikan dan lain-lain lagi kejahatan Singapura terhadap Indonesia. Tetapi yang sering dipojokkan adalah Malaysia. Kejahatan Singapura itu tertutup dibalik air-air masin yang mengelilingi pulau mereka.

Sarjana telah mengamati trend sosial bergulir pada setiap fase. "Trend Peradaban bergulir per 1000 tahun, sedangkan trend kebangsaan bergulir per 100 tahun, dan trend pergerakan bergulir per 10 tahun sekali." Peradaban Parsi, China, Arab, Eropah telah berlalu dan telah mengalami kejatuhan. Nah, sekarang ini giliran peradaban Melayu berada di tampuk peradaban. Dan sekarang ini kita sedang menuju ke arah kegemilangan peradaban itu. Namun, perkara ini telah disedari oleh kuasa-kuasa besar yang lain bahawa peradaban Melayu akan mengambil tempat dengan menggantikan posisi peradaban-peradaban mereka yang telah bobrok. Bagi menghalang kemajuan peradaban ini, maka diciptakanlah satu ‘bom waktu’ untuk menghalang perjalanan tamadun Melayu. Dengan mengkambinghitamkan antara Malaysia dan NKRI.

Oleh yang demikian, pemimpin hendaklah mengkedepankan semangat toleransi dan rasa semangat persaudaraan satu bangsa yang serumpun. Dan setiap kebijakan dan tindakan yang diambil jangan karena ego dan semangat nasionalisme yang tinggi kita telah menidakkan akar sejarah kita dan jasa pahlawan dan nenek moyang kita. Inilah konflik serumpun antara bangsa serumpun sehingga disebutkan, bangsaku rakyatku dan itu juga adalah musuhku…

Penulis merupakan mahasiswa di IAIN Ar-Raniry. Sekarang terlibat sebagai aktivis Kesatuan Aktivis Mahasiswa Islam Indonesia. Pernah menjawat sebagai Presiden GAMIS bagi Zon Timur dan pimpinan di Persatuan Mahasiswa Kolej Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS). Blog beliau boleh dilawati di 'ku lihat HIJAU'.

Posted by GAMIS on 12:44 PTG. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 Photobucket

Bersama GAMIS di laman FaceBook : FaceBook GAMIS Pusat

0 comments for KOLUMNIS : Bangsaku Musuhku

Leave comment



GAMIS atau nama penuhnya, Gabungan Mahasiswa Islam Se-Malaysia adalah salah satu badan mahasiswa yang terbesar dan antara tertua di Malaysia. GAMIS merupakan NGO mahasiswa yang menjalankan pelbagai aktiviti, termasuklah aktiviti dakwah, siasah, dan kebajikan. GAMIS juga sebagai badan bertindak dalam memperjuangkan pelbagai isu di kampus mahupun di luar kampus untuk kesejahteraan ummat sejagat.

Photobucket